Judul : Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Pengarang : Tere-Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 256 Halaman
Tahun Terbit: April 2012 (Cetakan keenam)
Harga : Rp43.000,-
Cinta Yang Tidak Pernah Terungkap
Tere-Liye merupakan nama samaran, dari seorang penulis novel terkenal yang sudah sering menerbitkan novel-novel sastra, yang banyak disukai di segala kalangan masyarakat. Bahasanya yang ringan tetapi tidak sarat akan bahasa-bahasa sastra, membuat pembaca bisa menikmati novel ini sekaligus mengerti dengan mudah alur cerita yang dibuat sedemikian rupa oleh penulis handal ini.
Cerita disini berawal dari dua anak pengamen yang berusaha bekerja dengan tulus demi membantu ibunya, yang hanya berjualan kue. Mereka bertiga tinggal di rumah kardus setelah ayahnya yang meninggal dunia akibat sakit TBC. Pada suatu saat, ketika 2 anak ini, Tania dan Dede, sedang mengamen di salah satu bis kota, kaki Tania berdarah tertusuk paku dan seorang laki-laki kantoran menolongnya. Laki-laki ini bernama Danar, dan dialah yang menjadi pengubah nasib kehidupan Tania, Dede, serta ibunya. Tania dan Dede pun disekolahkan atas bantuan Danar, serta atas persetujuan ibunya.
Ibu yang selama ini kembali bahagia setelah kedatangan Danar, ternyata mengidap penyakit kanker paru-paru stadium IV yang selama ini tertutupi oleh perasaan bahagianya. Setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit, Ibu pun tidak kunjung sembuh, dan akhirnya meninggal, meninggalkan Tania yang saat itu masih 13 tahun dan Dede 8 tahun. Tania dan Dede pun tidak punya siapa-siapa lagi selain Danar. Danar pun juga tidak memiliki sanak keluarga, dan telah menganggap Ibu sebagai ibunya sendiri, serta Tania dan Dede sebagai keluarganya. Danar, Tania, dan Dede pun tinggal bersama. Dan lama-kelamaan Tania mulai menyukai Danar sejak sebelum ibunya meninggal. Di akhir hayat hidup ibunya, ibunya berpesan "Kau tak boleh menangis demi siapa pun mulai detik ini.... Kau tak boleh menangis bahkan demi adikmu sekalipun...." "Kecuali, kecuali demi dia.... Kecuali demi dia...." yang berarti ibunya sudah mengetahui bahwa Tania mencintai Danar walaupun umurnya jauh pada saat itu 27 tahun.
Setelah Ibu meninggal Tania didaftarkan beasiswa ke Singapura dan menjadi sukses di Singapura, sedangkan Dede tetap di sekolah di Indonesia. Di Singapura banyak teman laki-laki yang tertarik dengan Tania karena wajah menyenangkan dan pintarnya. Tetapi dengan dinginnya Tania menolak semua laki-laki itu, karena perasaannya yang masih dalam terhadap Danar yang tetap bekerja di Indonesia. Bahkan Adi, teman beasiswanya yang sama-sama dari Indonesia, yang juga menyukai Tania, ia manfaatkan. Pada saat ulang tahunnya ke-17 tahun, Danar memberi ide untuk merayakannya di asrama Tania bersama Dede juga. Setelah acara tersebut, dan ketika perpulangan Danar dan Dede di bandara Changi, Singapura, Danar memberi Tania liontin berbentuk huruf T, sesuai inisial nama Tania. Menurut Tania liontin sangat istimewa karena diberikan oleh orang yang ia anggap istimewa, Danar. Ketika pulang ke asramanya, Tania langsung bercerita semua perasaan yang ia rasakan kepada Anne, teman dekatnya yang di Singapura. Anne menyadarkan Tania bahwa perasaannya itu tidak masuk akal karena perbedaan umurnya yang jauh yaitu 14 tahun. Tania sempat mengelak, hingga pada suatu hari terdengar kabar bahwa Danar dan Ratna, pacarnya sejak Ibu masih hidup, akan menikah beberapa bulan lagi. Seminggu sebelum pernikahan Danar dan Ratna, Tania diminta pulang ke Indonesia. Tania yang membenci pernikahan itu menolak dengan berbagai alasan. Melewati Dede, adiknya yang masih di Indoneisa, Tania mengetahui kabar Danar. Dede memberi tahu Tania bahwa Danar berubah menjadi lebih diam karena ketidakdatangannya Tania dalam acara pernikahannya. Hati Tania hancur, tepat ketika acara pernikahan Danar dan Ratna di Indonesia berlangsung. Tania menangis, setelah bertahun-tahun tidak menangis, sesuai pesan ibunya, walupun tidak melihat secara langsung acara pernikahan Danar dan Ratna. Dan Tania yakin pada saat itu bahwa Danar tidak mencintainya, karena lebih memilih menikah dengan Ratna.
Setelah bertahun-tahun Tania tidak pulang ke Indonesia, akhirnya Tania pulang ke Indonesia karena email-email yang dikirimkan oleh Ratna, atas kesedihan yang dideritanya setelah perubahan sikap Danar kepada Ratna setelah pernikahan berlangsung. Ratna hampir putus asa atas pernikahannya, karena diam yang dilakukan Danar terhadapnya, dan seringnya Danar pulang larut malam entah darimana. Dede mengetahui segalanya sebenarnya, dan memberi tahu Tania setelah kepulangannya ke Indonesia. Tania mengetahui, ternyata selama ini Danar menyimpan perasaan yang sama terhadap Tania. Tania pun mendatangi Danar pada suatu malam di tempat bekas rumah kardus keluarga Tania, yang sekarang suda dibuat menjadi sebuah taman, yang di dalamnya ada pohon linden yang telah ada sejak rumah kardus Tania masih ada. Tania menjelaskan semuanya dan bertanya mengapa selama ini Danar tidak pernah mengakui perasaannya kepada Tania, dan mengapa lebih memilih menikah dengan Ratna. karena itu semua membuat perkiraan Tania jelas bahwa Danar tidak memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Danar membisikkan sesuatu sebagai jawaban pertanyaan-pertanyaan Tania. Setelah kejadian itu, semuanya baru mengetahui bahwa Ratna telah hamil empat bulan, dan Tania lebih memilih untuk tinggal di Singapura, serta akan jarang ke Indonesia.
Kelebihan novel ini adalah bahasanya yang mudah dibaca dan alurnya pun yang tetap nyaman diikuti walaupun dibuat sedemikian rupa agar unik. Berbagai kalangan pun bisa membacanya, dan mudah mengertinya. Serta keunikan cerita ini yang membuat pembaca terkesima setelah membaca isi cerita novel ini.
Kelemahan cerita ini adalah kurangnya kejelasan pada akhir cerita, yang membuat orang-orang masih penasaran terhadap cerita. Tapi sayangnya novel ini bukan novel sekuel atau trilogi, yang bisa diikuti cerita kelanjutannya.